Buku Teks
Islam Substantif: Agar Umat Tidak Menjadi Buih
Bisa dipastikan, tidak ada perubahan politik yang terjadi begitu cepat dan dramatis di Indonesia sepanjang tiga puluhan tahun terakhir ini. Kecuali, menjelang dan setelah berhentinya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, yang diikuti dengan interregnum Presiden BJ Habibie, yang kemudian digantikan oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid. Memandang kinerja Presiden Abdurrahman 'Gus Dur Wahid dan kabinetnya secara keseluruhan sampai sekarang, bisa dipastikan, drama politik itu masih terus dan akan berlanjut dalam beberapa tahun ke depan," tulis Azyumardi Azra di "Epilog buku ini Buku kumpulan dialog ini dalam batas tertentu merupakan respons-yang kadang-kadang sangat spontan dan instan- terhadap berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi begitu cepat, dramatis, dan mengandung dampak jauh (far reaching effects) di Indonesia, khususnya dalam masa tiga tahun terakhir. Yang menarik, sang penulis kemudian menemu- kan bahwa politik Islam di Indonesia dalam arti formalisme sudah tidak laku. Pada umumnya, masyarakat lebih memilih Islam yang substantif. Jadi, apabila Islam mau berperan dalam politik, perannya adalah peran substantif, yaitu mengembang- kan pesan-pesan moral dan tema-tema sentral seperti keadilan dan egalitarianisme, bukan menonjolkan simbol. Inilah yang hendak ditawarkan oleh penulis produktif dan cendekiawan kondang yang menekuni sejarah bukan dalam arti belajar konvensional (old history), melainkan lebih pada critical and interpretative history atau-dalam istilah yang lebih populer-disebut "sejarah sosial" (social history). Akankah tawaran-menariknya dapat mencegah perpecahan bangsa dan menjadikan umat Islam tidak jadi buih?
Tidak tersedia versi lain